Dalam sebuah wawancara mendalam bersama mantan pemain profesional League of Legends, Jean “TraYtoN” Medzadourian, CEO Gen.G, Arnold Hur, memberikan gambaran yang cukup kelam mengenai kondisi ekonomi esports League of Legends saat ini. Ia secara mengejutkan menyatakan bahwa sistem saat ini sangat tidak sehat sehingga sebuah organisasi justru bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan dengan membentuk tim yang kalah dibandingkan tim pemenang.
Menurutnya, kegagalan sistem ini terjadi karena tidak adanya insentif finansial yang sepadan bagi tim-tim yang berinvestasi besar untuk mengejar prestasi. Arnold menyoroti ketimpangan yang terjadi dalam dua tahun terakhir, di mana Riot Games telah memangkas biaya operasional esports hingga 40%, sementara di sisi lain, beban gaji pemain di liga LCK justru terus meroket hingga ke level yang tidak terkendali.
Arnold juga mengidentifikasi apa yang ia sebut sebagai “dosa asal” esports, yaitu fakta bahwa bahkan platform besar seperti Twitch yang memonopoli ekosistem ini pun gagal mencetak laba. Baginya, diskusi mengenai regulasi gaji atau format liga akan selalu menjadi masalah sekunder selama konten inti dari esports itu sendiri tidak mampu menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan.

Ia menggambarkan situasi pasar saat ini sedang dalam kondisi kritis; beberapa tim di Asia bahkan sedang berusaha menjual slot mereka namun gagal menemukan pembeli. Sebagai solusi untuk mengatasi ketidakpastian ini, Arnold mendorong adanya transparansi radikal, termasuk memublikasikan gaji pemain dan laporan laba-rugi tim agar semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang realitas finansial industri ini.
Terkait manajemen internal, Arnold berbicara jujur mengenai loyalitas pemainnya, seperti Canyon yang bersedia menerima gaji jauh di bawah nilai pasar demi berkompetisi di bawah bendera Gen.G. Ia menolak metode negosiasi yang memanfaatkan rasa suka pemain terhadap organisasi untuk menekan gaji, dan lebih memilih menawarkan lingkungan kerja yang menghargai pemain sebagai orang dewasa. Arnold memiliki filosofi untuk tidak “menyuapi” pemain secara berlebihan atau melindungi mereka dalam gelembung buatan dari komentar negatif netizen. Sebaliknya, ia fokus membekali mereka dengan alat mental yang kuat agar mereka bisa berkembang sebagai individu yang mandiri dan profesional.
Meskipun masih merasakan pedihnya kekalahan di turnamen Worlds sebelumnya, Arnold menjadikan kegagalan tersebut sebagai momentum untuk mengevaluasi tim secara menyeluruh, mulai dari penggunaan data hingga dukungan kesehatan mental. Baginya, pencapaian terbesar sebagai CEO bukanlah sekadar deretan trofi, melainkan testimoni dari para pemain yang merasa bahwa masa-masa mereka di Gen.G adalah momen terbaik dalam karier profesional mereka. Menatap tahun 2026, dengan kembalinya Ruler serta bertahannya Chovy dan Canyon, Arnold berharap tim ini tidak hanya mampu membangun kenangan yang berkesan bagi para pemain, tetapi juga akhirnya mampu membawa pulang gelar juara dunia.