Jika kalian bermain League of Legends sejak tahun 2021 silam, kalian mungkin ingat dengan seberapa dominan rune Predator saat masih META.
Keystone dari Domination tree ini memungkinkan penggunanya mengaktifkan Boots untuk mendapat tambahan movement speed serta tambahan damage saat menyerang musuh. Meski efeknya terdengar niche, ada masa di mana hampir semua champion memakai rune ini.
Sebut saja champion mage tanpa mobilitas seperti Neeko dan Syndra, kedua champion ini memiliki periode di mana mereka menggunakan Predator dan sangat mudah melakukan roaming tanpa risiko tertinggal minion wave.
Selain dua mage itu, champion mobilitas tinggi seperti Talon dan Hecarim juga menjadi mimpi buruk para pemain ketika Predator masih META.
Mengetahui kekuatan Predator, Riot Games memutuskan untuk memberikan nerf terhadap rune ini beberapa tahun lalu. Semenjak itu, Predator tidak pernah disentuh lagi. Beberapa pegawai Rioter yang dekat dengan komunitas seperti RiotPhlox dan RiotAugust menjelaskan bahwa Predator dibiarkan dalam kondisi underpowered karena problematik.
Apabila dalam kondisi kuat, Predator bisa menciptakan META yang tidak sehat dan tidak disukai pemain. Di suatu titik, beberapa anggota tim balance ingin menghapus Predator, namun keputusan itu belum diambil sampai saat ini.
Alhasil, Predator menjadi rune yang terlupakan, bahkan Rammus sebagai salah satu pengguna terkuat rune ini sudah berpindah hati ke rune lain. Maka dari itu, tidak sedikit anggota komunitas yang menyerukan rework atau penghapusan Predator dari League of Legends.
Komunitas menyayangkan kondisi Predator yang terpuruk, rune itu memiliki efek menarik dibandingkan beberapa rune lain yang hanya berfokus menambah stat defensif maupun ofensif. Saat ini, Predator memiliki pick rate terendah di League of Legends, hanya sebanyak 0.6 persen pemain menggunakan rune ini.
