Sudah bukan rahasia lagi bahwa Teamfight Tactics atau TFT adalah satu-satunya judul auto battler yang masih merasakan kesuksesan hingga saat ini. Namun tahukah kalian di balik dominasi auto battler buatan Riot Games ini, ada momen di mana Teamfight Tactics hampir ditutup?
Momen hampir ditutupnya Teamfight Tactics terjadi saat Set 2: Rise of the Elements. Pada masa itu, genre auto battler masih pana-panasnya dan banyak pengembang mencoba hal-hal baru, tidak terkecuali Riot Games. Saat itu, mereka pun belum menemukan kunci kesuksean Teamfight Tactics baik untuk pemain serta bisnis jangka panjang.
Berdasarkan data yang tersedia, bisa dilihat bahwa Set 2 mengalami penurunan pemain yang cukup signifikan, terutama di daerah Korea Selatan dan Eropa. Apabila dikombinasikan, Teamfight Tactics kehilangan sekitar 2 juta pemain di set kedua itu.

Anjloknya jumlah pemain di set 2 terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah timing perilisan. Saat itu pemain masih mempelajari dan menikmati set 1, namun Riot Games memutuskan untuk menariknya dan menggantinya dengan set 2.
Tim pengembangan Teamfight Tactics mendapat kesempatan untuk membuat Set 3 yakni Galaxies. Apabila Set 3 gagal meraih kesuksesan, maka itu akan menjadi akhir dari Teamfight Tactics sepenuhnya.

Tetapi siapa sangka, Set 3: Galaxies menjadi titik balik Teamfight Tactics dari seluruh sisi. Jumlah pemain set 3 juga melebihi jumlah pemain yang hilang saat set sebelumnya dan menjadi titik di mana Teamfight Tactics dikenal lebih luas. Kesuksesan set ketiga tidak bisa dipungkiri lagi, bahkan kembali lagi di gamemode Set Revival.
Trend auto battler di ranah gaming tidak memiliki umur panjang. Ada masanya semua pengembang mencoba genre baru ini seperti Chess Rush, Auto Chess, serta Dota: Underlords. Ketiga judul ini sudah tidak diketahui bagaimana masa depannya, bahkan ada yang sudah ditutup. Kini, Teamfight Tactics menjadi satu-satunya auto battler raksasa tunggal tanpa kompetisi.