HASAGI
Esports, League of Legends

Rekkles Ungkap Keburukan Tim Eropa Sampai Akhirnya Ia Bermain di T1

Masih ingatkah kalian dengan pengumuman pemain bintang Eropa, Carl Martin Erik “Rekkles” Larsson yang akan bermain dengan seragam T1 pada tahun 2023 silam? Salah satu momen paling mengejutkan sepanjang sejarah esports League of Legends ini ternyata menyimpan cerita yang cukup pedih.

Pasca perpindahan Rekkles ke T1, banyak yang menyebutnya sebagai pengkhianat LEC, lebih memilih bermain di Korea Selatan daripada mengembangkan talenta di barat. Lelah dengan sebutan ini, Rekkles membeberkan seberapa buruk kondisinya saat bermain di liga teratas Eropa.

Lewat cuitannya, Rekkles menjawab cemooh pengguna yang menyebut sang pemain meninggalkan Eropa dengan pengalaman tahun-tahun terakhirnya di LEC. Pertama, G2 Esports memutuskan untuk menaruhnya di bangku cadangan pada tahun 2021 –tahun pertama dalam kontrak tiga tahunnya– bahkan dilarang membela tim LEC lain untuk alasan egois.

Karmine Corp menyelamatkan Rekkles dari situasi ini, meski saat itu tim Perancis tersebut masih bertanding di liga tingkat kedua, Rekkles menerima tawaran bantuan mereka, bahkan membantunya kembali ke LEC pada tahun 2022.

Fnatic melakukan hal yang sama terhadap Rekkles, membangkucadangkan dirinya tidak sampai satu tahun, padahal ia memiliki kontrak dua tahun, bahkan mencoba mengeluarkan Rekkles setelah beberapa minggu.

Akhirnya, ia mendapat pertolongan lagi, namun kali ini dari T1. Memang benar ia harus bermain bersama tim academy, namun mengingat kerasnya kompetisi di Korea Selatan, Rekkles bisa terus memuaskan hasratnya untuk bertanding secara profesional. Bahkan, Rekkles menyebut T1 berusaha menjadikan tahun 2025 senyaman mungkin baginya.

Rekkles menutup cuitan tersebut dengan pernyataan bahwa sosok jahat sebenarnya ada di dalam region yang ia “tinggalkan”.

Contract jail atau sebuah kontrak di mana pemain tidak boleh dibeli oleh tim lain memang sebuah fenomena yang terjadi di kancah kompetitif League of Legends Eropa. Hal ini diterapkan oleh tim-tim dengan harapan mengurangi tingkat kompetisi di region tersebut, sekaligus mencegah terbentuknya sebuah super team. Kejadian ini juga yang disebut-sebut menjadi akar hilangnya masa emas Eropa di kejuaraan Worlds.

Related posts

Ketika Pemain Prodigy 16 Tahun Outplay Pemain Profesional Elit dari LCK di Solo Queue Game!

Aksalsyah Arshi
2 years ago

Riot Games Akhirnya Perkenalkan Heartsteel, Group Boyband Terbaru League of Legends!

Aksalsyah Arshi
2 years ago

Sapu Bersih, Los Ratones Juarai EMEA Masters 2025 Winter

Suluh Widyotomo
3 months ago
Exit mobile version