Diciptakannya tim Los Ratones buatan mantan pemain profesional sekaligus streamer kondang League of Legends, Marc “Caedrel” Lamont adalah sebuah angin segar di kancah kompetitif serta dunia content creation MOBA tersebut. Los Ratones membuktikan bahwa tim yang disusun oleh figur dunia esports serta streamer tidak melulu soal konten saja, tetapi harus punya ambisi untuk berkompetisi.
Baca Juga: Mendominasi di Musim Perdana, Los Ratones Juara NLC 2025 Winter

Menyusul kemenangan mereka dengan rekor fantastis di Northern League of Legends Championship 2025 (NLC 2025), nama Los Ratones mulai benar-benar dilirik oleh berbagai tim untuk diajak berlatih, bahkan tim dari liga kasta satu eropa LEC, yakni GIANTX.
Los Ratones dan GIANTX sudah mempersiapkan jadwal scrim untuk disiarkan, sayangnya, menjelang hari itu tiba, Riot Games secara tiba-tiba melakukan intervensi dan melarang scrim itu terjadi. Tentu saja aksi Riot Games ini mendapat kecaman dari komunitas, sebab mereka secara tidak langsung mencegah terjadinya pertumbuhan skena esports League of Legends, terutama untuk kedua tim.
Usut punya usut, ternyata Riot Games tidak melakukan intervensi ini tanpa dasar yang kuat. Berdasarkan peraturan yang berlaku, tim peserta LEC tidak diperbolehkan untuk memainkan roster lengkap mereka dalam pertandingan yang tidak diselenggarakan oleh Riot Games. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa dalam beberapa showmatch, tim yang berasal dari LEC hanya memainkan sekitar dua sampai tiga pemain dari roster utama mereka.
Sekilas, peraturan ini tidak terdengar tidak ada hubungannya dengan GIANTX melawan Los Ratones karena mereka hanya menjalankan scrim. Tetapi, yang jadi permasalahan adalah fakta bahwa scrim itu disiarkan, yang mana secara tidak langsung bisa dianggap sebagai showmatch.

Meski begitu, komunitas tetap menyayangkan adanya intervensi dari pihak Riot Games terkait scrim antara tim peserta EU Masters dan LEC ini, menganggap peraturan itu hanya menghambat perkembangan esports League of Legends.