Trending News

Blog Post

Saya Sangat Mencintai Komunitas League di Indonesia, Kamu Juga Harus
Community

Saya Sangat Mencintai Komunitas League di Indonesia, Kamu Juga Harus 

Sebagai seorang pemain game yang juga sudah menghabiskan banyak waktu untuk bekerja di bidang ini, saya berani bilang bahwa League of Legends adalah salah satu game terbaik yang pernah saya mainkan. Maksud saya, bukan karena gamenya, meskipun kita semua tahu bahwa League of Legends adalah sebuah mahakarya. Melainkan, saya sangat mencintai game ini karena orang-orang yang memainkannya. Alasannya kenapa? Begini ceritanya, bro.

Saya adalah seseorang yang berumur cukup tua, umur saya jauh di atas hampir sebagian besar kalian yang membaca artikel ini. Ini artinya, sudah ada banyak sekali game yang pernah saya mainkan di masa lalu. Mulai dari era game konsol seperti Mario Bros dan Pacman, hingga game di era modern sekarang ini kayak League, Dota 2, atau game-game besar konsol seperti Horizon, Final Fantasy, dan lain sebagainya.

Memang, gak akan apple-to-apple kalau saya membandingkan League of Legends dengan game-game yang saya sebutkan tadi di atas. Tapi anggaplah kita membandingkan game-game tersebut sebagai seseorang yang hanya suka bermain game dan gak peduli dengan mekanis permainannya secara spesifik. Atau lebih gampangnya lagi, bagaimana kalau kita membandingkannya dari segi komunitas, yakni orang-orang yang ada di dalamnya?

Biarkan saya cerita sedikit, bagaimana kisah awal rasa cinta saya kepada League of Legends ini bisa bertumbuh, dari yang awalnya biasa saja, sampai sekarang ini di mana saya sudah cinta banget sampai rela memberikan jiwa saya untuk game ini.

Pertama kali mengenal League of Legends itu kira-kira di tahun 2009, saat itu saya masih adalah seseorang yang belum bekerja di industri game. Biarpun begitu, saya cukup aktif menulis di forum-forum game kesayangan saya. Saya inget betul, waktu itu saya sedang berselancar di salah satu forum game terbesar di Indonesia. Tanpa disengaja saya melihat ada sebuah thread yang cukup aktif, orang-orang di dalamnya saling berbagi cerita tentang sebuah game yang sedang mereka mainkan. Thread ini menarik perhatian saya, saya klik thread tersebut dan kemudian saya pun masuk ke dalamnya.

Ketika saya masuk, di halaman pertama thread ini, saya menemukan sebuah poster League of Legends, lengkap dengan Annie, Master Yi, dan Teemo di dalamnya. Awalnya saya berpikir siapa yang mau memainkan game dengan nama yang cringe, serta menjadikan anak perempuan kecil, wanita rubah, dan rakun sebagai karakternya? Tapi perlu diakui, thread ini cukup ramai, banyak yang posting sehingga thread ini terus muncul ke permukaan.

Selama beberapa hari, beberapa minggu, saya terus mendapati bahwa thread yang berjudul “League of Legends” ini terus muncul di depan layar saya. Hingga pada suatu hari pun, saya memutuskan untuk membacanya dan mencari tahu sebenarnya seperti apa game yang sedang dibahas.

“Oh, ini mah Dota versi KW,” kira-kira seperti itu pemikiran saya terhadap League of Legends.

“Tapi, sepertinya ada yang berbeda,” pikir saya lagi sembari membaca lebih dalam postingan-postingan yang ditulis oleh para member di thread.

Beberapa hari setelahnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, saya pun akhirnya memutuskan untuk mencoba langsung game yang mengklaim dirinya sebagai pertarungan antar legenda ini. Tapi sayangnya, saya hapus game ini di hari ke-3 karena lag yang cukup parah. Bermain di server Amerika membuat saya frustasi, bukan karena saya kalah, melainkan karena saya tidak dapat menggerakkan champion saya sama sekali.

Singkat cerita, beberapa tahun setelahnya, Garena pun mendatangkan League of Legends ke Indonesia. Kebetulan, kantor tempat saya bekerja mendapatkan undangan untuk mencoba memainkan game ini secara langsung di kantor mereka. Saya datang, saya duduk di kursi, dan akhirnya saya secara resmi memainkan League of Legends—tentunya tanpa lag yang menyebalkan.

Tapi tetap, saya tetap menganggap game ini sebagai versi palsu dari Dota Warcraft. Namun saya merasakan beberapa perbedaan, game ini jauh lebih cepat, desain karakternya lebih manusiawi, serta gak boros mana, sehingga saya bisa terus-menerus mengeluarkan sihir ke arah musuh.

Saya menjadi semakin sering memainkan League dikarena waktu itu ada beberapa pekerja di media lain yang secara rutin terus mengadakan mabar. Inget banget, salah satu champion favorit saya dulu adalah Master Yi, karena saya bisa membunuh hanya cukup menekan satu tombol. Terus ada Quinn, yang kalau dipakai untuk 1vs1 selalu menang. Kemudian ada Galio yang bentuknya masih kayak kelelawar dan Teemo yang kalau bertelur keluarnya jamur.

Selama beberapa tahun bermain League, saya terus mendapatkan perasaan menyenangkan. Bahkan sampai saya membuat HASAGI, perasaan bahwa saya adalah bagian dari League of Legends ini semakin menempel. Puncaknya adalah sewaktu saya mengadakan event nonbar Worlds di tahun 2019, saya benar-benar merasa bahwa saya memang sangat mencintai game ini dan komunitasnya.

Singkatnya, sewaktu tahun 2019 itu saya dan beberapa teman ingin mengadakan nonton bareng Worlds. Tapi sialnya, kami gak punya dana, ini berarti kami butuh sponsor. Waktu itu saya ditunjuk untuk mencari sponsor, namun saya gagal mendapatkannya karena waktu yang mepet serta sangat jarang ada perusahaan yang tertarik untuk mensponsori game tercinta kita. Tapi nasi sudah menjadi bubur, nonbar sudah diumumkan dan saya tetap harus mengadakannya meskipun harus menggunakan dana pribadi. Untungnya, teman saya menyarankan saya untuk berkata jujur kepada komunitas bahwa kami tidak berhasil mendapatkan sponsor dan nonbar menjadi tidak gratis.

Saya menceritakan kondisi ini secara transparan kepada komunitas dan berharap yang terbaik sekaligus yang terburuk. Tebak apa? Komunitas setuju nonbar tetap diadakan dan mereka mau membayar. Bahkan gak sedikit yang sampai beli banyak tiket padahal gak bisa datang hanya karena dia pengen membantu. Ada juga yang sampai meminjamkan dana untuk bayar dp sewa gedung. Serta beberapa orang lainnya bantu sumbang uang, bahkan teman saya sendiri, rela menjual makanan dengan harga modal supaya para peserta nonbar bisa minum dan makan. Di titik inilah, saya merasakan hal terbaik menjadi bagian dari komunitas Summoner’s Rift.

Sebenarnya saya pernah menceritakan perasaan bangga ini kepada salah satu teman saya yang bekerja di media. Tapi sekarang, saya menceritakan kembali agar kalian semua tahu betapa kerennya komunitas kita. Komunitas kita meskipun kecil, kita adalah salah satu komunitas paling solid yang pernah ada. Kita rela bekerja sama bahkan sampai mengeluarkan uang pribadi, hanya demi mewujudkan keinginan kita bersama.

League of Legends, tanpa perlu saya ragukan, adalah salah satu game terbaik dengan komunitas terbaik yang pernah saya kenal. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dalam perjalanan panjang Riot Games di Indonesia. Tahun lalu, Rito akhirnya mengambil alih game ini dari Garendut, mari kita bersama-sama mendukung Rito untuk membuat League menjadi semakin baik setiap harinya.

Related posts

Leave a Reply

Required fields are marked *