League of Legends memiliki sebuah fitur di mana seorang pemain bisa menambah pemain lain sebagai teman. Sekilas, fitur ini terdengar jinak dan standar layaknya game live service lainnya. Tetapi, perlu diketahui bahwa oknum toxic League of Legends punya berbagai cara kreatif untuk melampiaskan emosi mereka, salah satunya memanfaatkan fitur ini.
Biasanya, pemain toxic tersebut akan menambah seorang pemain sebagai temannya, setelah diterima, mereka bisa berbincang lewat fitur chat. Sesuai tebakan kalian, fitur ini digunakan untuk menghina atau flaming target mereka setelah pertandingan berakhir. Unik, bukan?
Mengetahui banyaknya oknum toxic League of Legends yang menggunakan fitur pertemanan yang positif sebagai sarana menyalurkan kelakuan kurang terpuji mereka, komunitas menyarankan Riot Games untuk meluncurkan fitur tambahkan sebagai musuh.
Lewat fitur ini, pemain yang menerima permintaan sebagai musuh akan langsung memunculkan chatbox ketika mereka menekan tombol terima. Dengan begitu, kedua pemain bisa langsung beradu mulut tanpa harus susah-susah memulai chat secara manual.
Jika ingin lebih memfasilitasi emosi pemain lebih jauh lagi, fitur ini juga bisa dilengkapi dengan tombol 1v1 instan, yang jika ditekan bisa langsung membawa pemain ke layar champion select, entah itu di Summoners Rift atau ARAM.
Agar lebih menguntungkan, Riot Games bisa menjual beberapa emote toxic seperti ping bait versi lama, ping tanda tanya, hingga Global Emote kontroversial yang memiliki konotasi seksual, rasis, atau toxic secara umum.
Tentu saja, masukan ini tidak lebih dari sekadar sarkasme terhadap pemain toxic League of Legends dan kegagalan usaha Riot Games mengurangi jumlah ke-toxic-an di game mereka, yang mana lebih sering menghasilkan efek sebaliknya, membuat perilaku toxic para pemain kian menjadi. Meski begitu, harus diakui pemain-pemain toxic ini sangat kreatif saat mereka ingin melampaiskan emosi mereka terhadap pemain tertentu.