Beberapa waktu lalu, T1 berlaga melawan G2 Esports di ronde pertama babak bracket MSI 2024. Pasca series best of five yang memecahkan rekor penonton itu, salah satu pemain G2 Esports, Steven “Hans Sama” Liv dilaporkan mendapat ancaman pembunuhan.
Hal ini diungkap oleh manager tim G2 Esports, Romain Bigeard dalam wawancara bersama MGG TV belum lama ini. Dalam wawancara tersebut, sang manager mengungkap bahwa Hans Sama mendapat ancaman tersebut karena performanya selama series G2 Esports kontra T1 berlangsung.
Sayangnya, ancaman pembunuhan bukan sesuatu yang jarang terjadi di ranah esports League of Legends. Pemain ternama, Lee “Faker” Sang-hyeok sudah berkali-kali mendapat ancaman yang serupa dari fans yang patah hati, entah karena T1 gagal meraih kemenangan atau dari tim lawan yang tidak suka melihat T1 menang. Ancaman ini bahkan terbilang sangat serius hingga polisi harus terlibat dalam kasus tersebut.
Hans Sama dan Faker bukan satu-satunya figur League of Legends yang mendapat ancaman pembunuhan seperti ini. Mantan caster yang kini berada di tim balance League of Legends, David “Phreak” Turley juga mengalami hal serupa yang memaksanya untuk menjauh dari media sosial.
Mantan pemain Fnatic, Gabriël “Bwipo” Rau bahkan mengalami hal yang lebih parah, sebab tidak hanya dirinya yang mendapat ancaman tersebut, tapi juga pacarnya yang tidak memiliki andil apapun dalam performa Fnatic yang terbilang berantakan di Worlds 2021.
Kritik untuk pemain karena performanya yang kurang memuaskan adalah sesuatu yang wajar sekaligus bagian dari pengembangan seorang pemain, namun masih ada batas yang tidak boleh dilewati. Ancaman pembunuhan adalah tindakan yang sangat tidak terpuji dan tidak boleh dinormalisasikan sebagai bentuk kritik.