Ketika berdiskusi tentang era terbaik League of Legends, kalian mungkin akan sering mendengar jawaban antara season 4 sampai season 7. Sebenarnya, ada apa di periode tersebut sampai banyak yang menyebutnya era “peak” atau puncak League of Legends?
Jika kita melihat META yang eksis saat musim tersebut, patut dipertanyakan apa benar League of Legends benar-benar mencapai puncaknya di season 4 sampai season 7. Sebut saja juggernaut rework dan Ardent Censer META, beberapa contoh META terburuk di League of Legends, terjadi pada periode itu.
Tidak hanya itu, season 4 hingga season 7 juga periode yang cukup menyiksa pemain, terutama pemain baru. Beberapa di antara kalian mungkin masih ingat dengan Rune yang menjadi sistem terpisah dari Mastery, ketika semua Influence Point (nama lama Blue Essence) disedot habis untuk menyusun Rune paling optimal yang hanya bisa digunakan satu dua champion saja.
Melihat hal-hal yang ada di season 4 sampai season 7, sepertinya benar jika anggapan season 4 sampai 7 adalah puncak League of Legends murni karena nostalgia belaka. Meski begitu, banyak yang setuju bahwa season 5 sempat menjadi musim terbaik League of Legends, sayangnya, juggernaut rework datang dan merusak League of Legends dalam skala besar.
Tetapi apakah periode itu hanya diisi kekurangan dan kecacatan sistem yang ada? Tidak juga. Dari sisi esports, kehebatan tim-tim Wild Card dan underdog memuncak pada periode ini. Sebut saja tim seperti Albus Nox Luna yang menjalani run legendaris di Worlds 2016, menjadi satu dari secuil tim Wild Card yang mampu menembus playoff meski harus tunduk di hadapan H2K Gaming.
Di Indonesia, periode itu juga bisa dibilang puncak popularitas League of Legends, mulai dari dikenalnya game tersebut di kalangan gamer amatir hingga meramaikan skena esports grassroot dengan turnamen-turnamen warnet pada saat itu. Tidak lupa juga turnamen regional League of Legends Garuda Series yang berjalan pada periode tersebut.
Menurut kalian, kapan periode emas League of Legends dan kenapa?
