Trending News

Blog Post

Momen Ini Tunjukkan Kenapa Faker Disebut Dewa League of Legends
Esports, League of Legends

Momen Ini Tunjukkan Kenapa Faker Disebut Dewa League of Legends 

Sebagai pemain dengan empat gelar juara Worlds, sudah sepantasnya Lee “Faker” Sang-hyeok disebut dewa League of Legends. Meski begitu, ia bukan pemain yang terkenal dengan banyak play intens, melainkan menjadi sosok pemimpin dengan kemampuan mekanik yang mendetail.

Banyak dari kita mungkin sudah tahu kemampuan mekanik Faker dari momen Zed 1v1 melawan Ryu hampir sebelas tahun silam, meski terbilang sudah bukan usia prima, Faker masih memiliki mekanik luar biasa yang bahkan sulit tertangkap kamera. Momen ini terjadi saat laga T1 melawan KT Rolster.

Dalam cuplikan video tersebut, Faker memainkan Orianna, seorang control mage yang tidak memiliki potensi play mekanik tingkat tinggi seperti Akali dan Azir. Namun, Faker memiliki cara cerdas menggunakan salah satu control mage terkuat itu.

Alih-alih memindah Ball sesuai keinginannya untuk melakukan zoning atau poke, Faker menunggu momen yang sangat tepat, yakni menggerakkan Ball bersama dengan ability kawan atau lawannya. Dengan begitu, musuh tidak bisa melihat di mana posisi Ball berada.

Dalam cuplikan pertama, Faker memindah Ball seiringan dengan animasi ultimate Smolder, berhasil menangkap BDD dengan ultimate Orianna. Dalam cuplikan kedua, Faker melakukan hal yang sama namun kali ini seiringan dengan animasi prajurit pasir Azir, mendapat 3-man ult dengan trik tersebut.

Meski terdengar sederhana, ini bukan sesuatu yang mudah dilakukan bahkan oleh pemain profesional sekalipun. Menyamarkan animasi ability di belakang animasi ability lain merupakan bukti nyata dari belasan tahun bertanding di level tertinggi.

Play menarik Faker menuai banyak pujian, tapi trik ini juga mengekspos salah satu masalah besar di League of Legends saat ini, yaitu masalah visual clarity atau kejelasan visual. Banyaknya ability dengan animasi kaya partikel dan efek memang memberi kesan kuat bagi suatu ability, namun kesan tersebut mengorbankan kejelasan visual dari game secara keseluruhan.

Jika hanya ada dua tiga champion saja mungkin bukan masalah besar, tetapi jika ada sepuluh champion dalam teamfight, akan sulit mengidentifikasi animasi ability yang digunakan oleh kawan dan lawan.

Related posts

Leave a Reply

Required fields are marked *